Perjanjian nikah yang ditemukan di Toejoen pada 21 Desember 1923 adalah naskah penting yang mencerminkan praktik pernikahan dalam budaya masyarakat Dayak Ngaju. Dalam konteks historis saat itu, Indonesia masih berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda, namun tradisi dan adat istiadat lokal tetap dijunjung tinggi. Naskah ini mencakup berbagai aspek, termasuk pembayaran mahar, uang panjar, dan ketentuan mengenai tanggung jawab suami, seperti larangan menceraikan istri tanpa alasan yang sah. Hal ini menunjukkan adanya kesepakatan yang jelas mengenai perlindungan hak-hak istri dalam perkawinan, serta peran kepala desa dalam menyelesaikan perselisihan yang mungkin timbul.
Naskah perjanjian ini juga menjadi bukti bahwa masyarakat Dayak telah mengenal literasi dan menghormati wanita melalui hukum adat yang disebut Jipen. Dengan mencantumkan tanda tangan para saksi, naskah ini menunjukkan keabsahan perjanjian yang disepakati, sekaligus mencerminkan nilai-nilai dan kearifan lokal yang masih dijalankan. Secara keseluruhan, naskah ini memberikan wawasan tentang bagaimana pernikahan diatur dalam masyarakat Dayak Ngaju dan betapa pentingnya aspek tradisi, ekonomi, dan hukum dalam hubungan perkawinan mereka.

Hasil Transkripsi Naskah
Toejoen, 21 Desember 1923
Hoang andau toeh aku Oenan bin Goehoeng oloh kampoeng Toejoen mangaku djari ingawin toemon hadat Ngadjoe dengan oloh bawi bagare lime anak ganti oeloeh kampoeng Toejoen kea eite mandjadi sandangku. Bakea palakoem sawang ku agare imatoek idje doemah hajak andau kawin.
Palaku sapikoel kate garantoeng (200 roepiah). Tapaoet djepen doe (djahawen poeloeh roepiah). Pakajan djepen idje (teloe poeloeh roepiah). Garantoeng takoeloek pelek djalatien kate.
Aku mangaku hadjandjie dengan sawangku
- Amoen aku manawan ie djatoen awie kalalau idje toemoen patoet
- Amoen aku kawin tinai dengan oloh bawi beken
- Amoen aku halisang malihi sawangku labih teloe nyelue katahie, hajak djatoen sawangku mamalinge mampait blandja akae toemoen patoet.
Amoen aku malanggar sala kemba barateloe pasal djandjeng ku amboe toeh dengan sawangku djatoen hakoen mampoe akae, te sawangku koeasa paloes manarang te akan kapala² kotae toen kasadang ku te, tenai kapala² te koeala paloes manenga surat lapas akan sawangku, manarang aku djari hatoelang denge. Imbaha ara andau te aku mangaku djari hatoelang dengan sawang ku, tinai ei paloes oelih kawin tinai. Hoendjoeu te aku mangaku bajar Coentrak (danda) akan sawang ku 150 (saratus lime poeloeh roepiah) toentang Palaku sapoet pakajan samandiai idje djari embajar ku paloes akan hak sawang ku.
Tanda tangan aingku (Oenan bin Goehoeng) Tanda tangan aku
Pangatawan bakas lewoe, Saksi aku (Daha)
Saksi aku ibeloem Saksi aku Tahomoljong Saksi aku Tindou
Hasil Transliterasi Naskah
Tuyun, 21 Desemeber 1923
Hong andau tuh aku Unan Bin Gohong uluh kampung Tuyun mangaku jadi ngawin tumun hadat ngaju dengan uluh bawi bagare lime anak ganti uluh kampung Tuyun kea iete manjadi sawangku. Baka palaku sawangku bagare imatuk ije dumah hayak andau kawin.
Palaku sapikul kare garantung (200 rupiah). Tapaut jipen due (jahawen puluh rupiah). Pakaian jipen ije (telu puluh rupiah). Garantung takuluk pelek jalatien kare.
Aku mangaku hajanji dengan sawangku.
- Amun aku manawan ie jatun awi kalalau ije tumun patut
- Amun aku kawin hindai dengan uluh bawi beken
- Amun aku halisan malihi sawangku labih telu nyelu katahi, hayak jatun sawangku mamalinge mampait balanja aka tumun patut.
Amun aku malanggar sala kemba baratelu pasal je janji ku ambu tuh dengan sawangku jatun hakun mampu aka, te sawangku kuasa palus manarang te akan kepala-kepala kota tun kasadang kute, tinai kepala-kepala te kuala palus manenga surat lapas akan sawangku, manarang aku jadi hatulang lenge. Imbah ara andau te aku mangaku jadi hatulang dengan sawangku, tinai ie palus ulih kawin tinai. Hunjun te aku mangaku bayar kontrak (danda) akan sawangku 150 (saratus lime puluh rupiah) tuntang palaku tamput pakaian samandiai ije jadi imbayarkuh palus akan hak sawangku.
Tanda tangan ayungku (Unan bin Gohong) Tanda tangan aku
Pangatawan bakas lewu Saksi aku (Daha)
Saksi aku ibelum Saksi aku Tahumujung Saksi aku Tindu
Hasil Translasi Naskah
Tuyun, 21 Desember 1923
Saya, Unan bin Gohong, warga kampung Tuyun, mengakui bahwa saya telah menikahi menurut adat Ngaju dengan seorang perempuan yang memiliki lima orang anak, menjadi tanggungan saya juga. Telah saya lakukan semua upacara pernikahan.
Saya meminta mahar sebanyak satu pikul gantang (200 rupiah). Sudah saya bayar uang panjar sebanyak dua puluh rupiah. Pakaian seharga tiga puluh rupiah. Gantang yang diterima berjumlah tujuh buah.
Saya berjanji dengan istri saya:
- Jika saya menceraikannya tanpa alasan yang dibenarkan
- Jika saya menikah lagi dengan perempuan lain
- Jika saya pergi meninggalkan istri saya lebih dari tiga bulan, dan istri saya tidak dapat menafkahi dirinya sendiri.
Jika saya melanggar salah satu dari tiga perjanjian ini, istri saya berhak melaporkan hal ini kepada kepala desa, dan kepala desa berhak memberikan surat cerai kepada istri saya, menyatakan bahwa saya telah menceraikannya. Setelah hari ini, saya mengakui telah berdamai kembali dengan istri saya, dan diizinkan untuk menikah kembali.
Saya juga berjanji membayar denda kontrak sebesar 150 rupiah kepada istri saya sebagai ganti semua biaya yang telah saya bayarkan.
Tanda tangan saya (Unan bin Gohong) Tanda tangan saksi saya
Saksi saya: Daha Saksi saya: Ibelum
Saksi saya: Tahumujung Saksi saya: Tindu